Tuesday, April 15, 2008

Naskahku Ditolak!

KEJURANLIST[R]IKAN (Ini judul novel gw yang nggak jadi diterbitin)

Sedih, pastinya. Melihat kenyataan yang tak sesuai harapan. Ah, kenapa selalu meratapi nasib? Kita hidup bukan untuk dikasihani dan menjadi seorang masochis bukan?

Well, gw ceritain aja deh kronologis pembuatan novel sampe akhirnya dengan sukses novel ini ditolak--Untuk sukses katanya mesti ditolak dulu, hal ini berlaku untuk semua kegiatan dalam hidup, bahkan katanya dalam masalah cewek pun kita kadang mesti gagal dulu hehehe....

Sekitar bulan agustus 2007 kemaren gw bener-bener stuck. Pikiran jenuh dan rasanya pengen keluar dari kehidupan yang jenuh ini. Rutinitas kuliah yang stagnan dan lingkungan yang kurang kondusif membuat gw stres setengah mampus. Apalagi dengan aktifnya gw di sebuah organisasi kampus bernama Suara Mahasiswa (SM). U know tht? Iya, beberapa temen gw dah familiar dengan nama ini. Tapi waktu itu gw udah nggak familiar lagi, gw malah kyk yg gimana gitu....

Bagi kalian yang pengen masuk organisasi di kampus, ada baiknya pikir2 lagi. Memang bagus sih buat ngisi waktu luang dan ngembangin diri, tapi mesti pilih-pilih dan sesuai banget sama minat. Jangan masuk karena pengen keren atau nampang gaya doang. Ini salah besar! Bisa-bisa kalian menyesal seumur-umur.

Seperti kasus yang menimpa beberapa temen gue dan (tentunya) gw sendiri. Temen gue sampe ada yang diuber-uber supaya kumpul rapat. Sampe dia nggak bebas buat main atau sekedar ngobrol sama temennya gara-gara organisasi yang dia masuki menerapkan sistem 'pacaran'. Maksudnya begini. Seolah-olah, anggota yang udah masuk organisasi adalah 'hak milik' dan 'inventaris' yang harus dijaga sebaik-baiknya. dan parahnya, organisasi ini terkesan mengikat. Kalo dalam istilah pacaran mah organisasi kayak gini teh 'possesif' pisan lah. Gak boleh maen sama yang laen, gak boleh nongkrong kecuali di basecamp organisasi itu, gak boleh ini-itu, mesti rajin ke markas/ sekre setiap hari, rajin diskusi ini-itu, setor beunget, dll. Yah, possesif ternyata dianut oleh beberapa organisasi di Unisba. Makanya, jangan masuk Unisba hehehe...(heureuy)

Temen gw aja perjuangannya berat bgt buat sekedar menghindar dari 'intaian' orang-orang organisatoris. Kalo misalnya ketemu, kadang temen gw diajak ngobrol dan dibawa ke sekre organisasi tersebut. Ngeri banget! Ya walopun nggak disiksa sedemikian rupa, tapi tetep aja serem. Ya paling di sekre mereka diajak diskusi dan diberi sedikit psywar.

Untung sekali gw masuk SM. Karena menurut gw organisasi ini cukup demokratis dan menjunjung tinggi HAM. Mereka sangat menghormati kebebasan. Kalo seandainya gw nggak ke sekre, paling2 ditanya 'kemana aja?' atau 'Naha atuh jarang ka sekre?'. Setahu gw lom pernah ada yang ditarik dan digugusur wat datang ke sekre. Juga belum ada aksi sporadis anggota SM ditahan selama sehari dua tahun di sekre. Yah, paling-paling ditanya aja dan seikit 'psywar'.

Karena stres dengan organisasi tersebut, gw mencoba untuk menuangkan perasaan stres gw di komputer. Waktu itu gue keluarin keluh-kesah tentang SM--organisasi yang gue singgahi. Semua unek-unek dan persaan bercampur sedih dan senang gue keluarin. Kekesalan yang gue pendam gue keluarin. Jadilah sebuah tulisan dengan panjang 3 halaman A4.

Besoknya, gue nulis lagi. Kali ini nggak tanggung-tanggung gw nulis sampe 10 halaman. Dari sini gw punya ide, kenapa nggak dijadiin novel aja? Dan besoknya gue terus menulis. Sempet juga ketunda selama beberapa minggu. Namun dengan tekad kuat dan semangat penulis, gue selesaikan semua ini. Gue udah buta mata, gue pengen jadi penulis!

Das! Akhirnya sekitar 5 bulan berlalu, tulisan gue jadi. Panjangnya hampir 150 halaman spasi 1. Cukup panjang untuk tulisan semacam itu. Kebetulan ada temen yang ngenalin gue ke salah seorang editor buku. Dia bilang siap nerima naskah novel. Apalagi gue sama editornya berteman cukup baik. Semua hal tentang penerbitan dia ceritain.

Sampai tibalah hari bersejarah dimana gue menyerahkan novel ini. Dia juga optimistis naskah gue bakal diterima karena ada beberapa hal dari novel gue yang menjadi nilai plus. Pertama, susunan bahasa udah cukup bagus untuk novel remaja. Kedua, bodorannya nggak biasa. Ketiga, novel gue udah jadi (ya iyalah, kalo nggak jadi ngapain masuk penerbitan?)

Gue pun sumringah dan terbuai oleh khayalan. Apalgi setelah editor tersebut menganjurkan kalau semisalnya naskah gue diterima, gue mesti ambil sistem royalti. Jangan ambil sistem jual-naskah. Yeah, obsesi gue semakin membara!

Dia juga bilang kemungkinan besar naskah ini bakal jadi terbit. Ah, semakin sumringah saja hatiku ini!

Tapi, malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih. Setelah 2 minggu menunggu, datang sms yang berbunyi: 'Zak, naskahmu blom dapat diterbitkan. Maaf ya...Ntar di kampus aku kasih tau kekurangannya' Sender: Bang Iwan.

JLEBBB!

Seakan ditusuk anak panak bergaram, gue terheran-heran. Ya, memang sih gue juga nggak berharap banget bisa langsung terbit. Soalnya saya adalah pemula. Tapi, pas denger naskah ditolak asa gimana gitu....

But, life must go on....

Sebenernya kalo buat dia, naskah gue udah ok. Tapi masalahnya editor yang lain. Karena ngedit novel ini turut pula editor yang lain yang sekiranya bisa menilai. Dan di sinilah letak ketidakberesan novel gue. Novel gue ceritanya loncat-locat, benang merahnya nggak dapet, dll. Di sinilah novel gue seakan 'ditelanjangi'.

Oh bumi, telanlah aku!

Ya mau gimana lagi, gue mesti nerima ini dengan lapang dada. kalo kita siap diterima, kita juga mesti siap ditolak. bang Iwan juga berpesan: 'Zak, kamu mau pilih mana? Nyerah atau terus ngejar ambisi kamu? Aku saranin kalo kamu pengen serius jadi penulis, kamu mesti coba terus. Kecuali kalo kamu milih pengen gagal'.

Gue pilih tetep terus. Karena menurut gue, gagal bukan pilihan. Gagal adalah ketidakmampuan untuk menentukan pilihan dan ragu akan pilihan. Gue nggak mau seperti itu. Gue bakal terus sampe janji gue ke temen gue suatu hari buku gue bakal dipajang di etalase sekaliber Gramed dan Gunung Agung.

Begitulah kisah setengah mateng dari gue. Walopun ditolak, setidaknya gue tau penyebab pastinya. Novel gue ini ditulis dalam kondisi stres. Dan ceritanya memang rada2 sakit. Sedangkan penerbit ini nggak biasa sama naskah yg lebih ke Personal literature. Mereka lebih ke novel-novel konvensional. No problem lah...

Mungkin gue bakal kirim naskah ini ke penerbit yang menampung naskah personal literature. Ya semisal Bukune dan Gagas. Semoga aja diterima. Amien....

Note: Setelah ini, gue bakal menyelesaikan novel pertama yang belum jadi-jadi juga, judulnya: GLOBALISUSI. Kalo ini beres, gue bakal beralih ke ide novel selanjutnya: BEM--Badan Eksklusif Mahasiswa. (Penulis mungkin harus menelan berbagai penolakan. Tapi suatu saat penolakan mungkin akan membuat kita menjadi lebih kuat dan terbiasa untuk berkarya).

5 comments:

Fajar Fauzi Hakim said...

zack, saya menerima anggota baru untuk Organisasi Jomblo Ganteng (Ojeg) bukan Laskar Patah Hati
kumpul di DT, tiap malam minggu
kalem, ini bukan organisasi possesif

ata tulastulis said...

ah ieu mah nu duaan siga siki wae euy pakomen-komenna duaan! hihihihi......

Ojeg's rule:
#1: Tong payu nepi ka kawin!
#2: Sama

heueheuheu/........ jay!! si Insan dimana ayeuna?

masih sok ngilustrasi? cios teu produksi roti teh kituh?

Zakky Rafany said...

Join Ojeg? Oh, no! Sorry i cant join. Saya nggak bisa hidup tanpa wanita jay hohoho...Apalagi rules-xa itu. Beugh, teu kuat saya mah! hehe...
Lagian ieu oge keur pdkt-an jg seseorang. Maaf, saya tak bisa join hohoho...

Fajar Fauzi Hakim said...

@ zaki
resmi ente lain ti golongan kami <_<

@ ata
masih ngilustrasi di bumi, tos teu sempet deui ngadamel roti mah. padahal potensial pisan eta teh...

Zakky Rafany said...

Hehehe...
Ampuuunn Pak...!