Monday, June 09, 2008

TWO DAYS BEING AN ADJUDICATOR


Ahmad, Harfa, dan Ria

Gue, Panji, dan Ediethya. Ya, kami bagaikan pasukan Beettle Borgs jika tidak dibilang ban becak. Kami bertiga adalah utusan dadakan kampus Unisba. Bayangin aja, surat udah
dikirim sebulan kemaren, tapi informasi jelasnya baru gue terima sekitar seminggu sebelum acara. Dan parahnya, surat tersebut disimpen dulu sama bagian kemahasiswaan!
Ya, kami adalah perwakilan kampus dalam acara NUEDC 2008 di UPI. NUEDC ini semacam kontes debat bahasa Inggris tingkat mahasiswa yang berasal dari region B1, terdiri dari Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Selama 3 hari gue dan yang lainnya mesti stand by di UPI sampe maghrib dan pulang malem banget.
Bento, sang pembimbing kita di debat kali ini udah capek hate plus capek gawe. Dia Cuma nargetin ikut juga udah syukur. Ya, hanya sebatas itu. Hmmm…ternyata banyak sindrom gagal yang berkeliaran di otak manusia. Karena kenapa? Karena kita nggak ada persiapan apa-apa. Bahkan, latihan aja Cuma seminggu sebelum debat. Can you imagine that?
Karena NUEDC menggunakan sistem British, maka peserta debat hanya berjumlah 2 orang /tim. Berbeda sama sistem Asian dan Australian yang mengharuskan 3 orang /tim. Terus, gue dikemanain? Gue nggak jadi ikut debat dan gue nggak masuk skuad Unisba. Tapi gue diajukan untuk jadi adjudicator atau tim penilai. What the…??? Gue, jadi tim penilai? Oh, apa gue pantes menilai orang berdebat? Gue belum punya pengalaman kalo jadi adju (a.k.a adjudicator). Sedangkan skuad Unisba diisi oleh Panji (temen gue di Fikom, calon penyiar di SKY) dan Ediethya (Anak psikologi, walopun namanya agak maskulin sebenernya dia cewek).
Ternyata untuk menjadi seorang adju harus mengikuti tes adjudicator. Dan tes ini berlangsung tanggal 27 Mei 2008 atau hari selasa kemaren. Tapi anehnya, ada surat yang nyampe ke Bento kalo pembukaan NUEDC dilaksanakan pukul 19.00 di ruang BPU UPI. Ini berarti acara diundur dari siang jadi malem. Renacan tes adjudicator yang tadinya tanggal 27 pukul 14.00 nggak jadi. Kemungkinan diundur ke malem. Pikir Bento.
Ternyata salah. Waktu kita mau berangkat dari Unisba setengah tujuh malem, tiba-tiba ada panitia yang nelfon dan nanyain kenapa Unisba nggak dateng pas tadi siang. Ya Bento jawab kalo di surat pembukaannya kan jam tujuh malem. Berarti kta berangkat malem. Dan panitia pun ngasih klarifikasi kalo surat yang tadi dibaca Bento itu adalah surat buat pihak rektorat alias buat pak Rektor, bukan buat peserta. GUBRAKSSS!
Gue, Edieth, dan Panji Cuma bisa bengong nggak percaya. Bento, untuk kesekian kalinya menjadi merasa sangat guilty. Karena udah banyak rekor yang dia pecahkan kalo dalam kasus miskomunikasi. Tapi untunglah panitia nggak mendiskualifikasi kita. Panitia tetep nyuruh kita pergi ke UPI saat itu juga. Waktu menunjukkan pukul 18. 30 WIB.
Tiba di UPI pukul 19.00 dan langsung menuju gedung BPU. Di sana udah ada tamu undangan yang rata-rata terdiri dari kalangan akademisi dan pejabat. Ada segelintir mahasiswa juga yang ikut di sana. Kita berempat langsung masuk aja ke gedung BPU dan duduk menyaksikan pembukaan. Setelah itu konfirmasi ke panitia soal kecerobohan surat tadi. Well, kita tetep boleh ikutan debat, tetapi nggak buat adju. Adju boleh ikut besoknya tapi nggak bisa ngasih penilaian. Dengan kata lain, gue Cuma jadi adju training dan penilaian gue nggak berpengaruh buat tim yang bertanding karena gue nggak ikutan training dan kualifikasi adjudicator tadi siang. Gara-gara surat salah sasaran tersebut, gue nggak merasa jadi adju yang sebenarnya. Ah, sial!
Besoknya pagi-pagi sekitar jam 8 gue, Panji, dan Edieth udah stand by di UPI. Lomba mulai jam 9 pagi. Sebenernya, gue juga pesimis dengan kondisi saat ini. Kondisi yang menyedihkan dimana pembahasan motion debat nggak begitu mendalam dan terkesan seenaknya aja. Gue juga hanya bisa berdoa semoga Panji dan Edieth diberikan ketabahan dan kekuatan apabila digempur habis-habisan oleh pasukan Unpar, Unpad, UPI, dan terutama ITB.
Tibalah waktu yang dimulai. Peserta debat memasuki ruangan yang bernama debaters hall. Sedangkan adjudicator memasuki ruangan yang bernama adjudicator’s room. Ya, tentu saja gue memasuki ruangan buat adjudicator. Di sana, gue bertemu dengan manusia-manusia baru. Gue bertemu dengan orang-orang yang baru dan memiliki idealisme yang jelas.
Erry, head of adjudicator, gayanya cuek banget. Inez, salah satu dedengkot adjudicator gayanya juga cuek. Pokoknya, waktu gue masuk ke ruangan tersebut, gue nggak menemukan aura bersahabat. Lebih cenderung individualistis. Gue hanya sempat berkenalan dengan seorang laki-laki dari Unswagati Cirebon yang bernama Taryadi lengkap dengan logat Jawa-Panturanya yang medok.


Take a rest

Debate Session 1
Kali ini gue berada di room 7. gue sebagai adju training ternyata satu tempat dengan Taryadi. Sementara Chief adju yang bakal menilai terdiri dari Erry, Harris, dan Novi. Di depan kita semua udah ada 4 tim berbeda yang bakal tanding. Gue lupa dari mana, tapi yang gue inget tuh IPB sama Unsil. Dua lagi gue lupa.
Yeap, yang namanya debat tentu aja perang argumen. Tiap tim ngasih argumen dan analisisnya masing-masing. Sementara gue—dengan kemampuan terbatas sebagai adju—hanya mengamati dan mencatat poin-poin penting. Pokoknya, kami semua mencoba menjadi serius.
Dan akhirnya debatpun selesai. Setiap adju memberikan pandangan masing-masing tentang tiap tim yang bertanding. Debat kali ini motion-nya adalah This house justify internet gambling. Cukup sengit dimana IPB memenangkan debat di room 7 ini. Tapi untuk penilaian, debat kali ini tergolong gampang karena keliatan banget mana tim kuat dan lemah.
How about Unisba? Tidak, ternyata Unisba kalah telak. Bahkan nggak dapat poin sama sekali. Panji sama Edieth udah lemes banget. Bahkan Panji udah buru-buru mau pulang aja dan kuliah. Mungkin jika diurutkan, Unisba menempati posisi 28 dari 28 peserta. Sedih.
But, the struggle never ends. Karena masih ada dua kali lagi pertandingan debat yang harus diikuti oleh semua tim, termasuk Unisba. Bento terus ngasih motivasi dan gue sedikit ngasih bocoran trik-trik supaya posisi Unisba terangkat ke klasmen yang lebih tinggi. Gue kasih tau aja Edieth dan Panji supaya maen lebih ngotot serta memperbanyak POI (Point of Interruption) serta membuat rumusan masalah yang lebih sistematis supaya juri nggak bingung.

Debat session 2
Ini dia debat yang seru. Ada setidaknya 3 tim yang adu kekuatan dan bisa dirasa seimbang. Mereka adalah ITB, Unpar, dan IPB. Kebetulan gue sama Harfa—pernah juara JOVED 2006—jadi adju di room 1. terutama ITB yang sangat superior, Unpar dan IPB masing-masing menempati urutan 2 dan 3.
Gue sempet keki waktu peserta dari ITB nyampein argumennya. Gila, bahasa inggrisnya fluent banget. There’s no idle, he spoke along time as we given. Selain itu argumennya emang bagus banget.
Gue sempet ketawa-ketiwi sendiri waktu peserta yang bernama Andrew (Unpar) ngutarain pendapatnya. Bukan karena pendapatnya salah, namun lebih karena pendapatnya lucu. Perlu diketahui kalo motion kali ini adalah This House Belive former public official should be treated as ordinary citizen. Andrew yang posisinya sebagai Opening opposition mengutarakan pendapat (kurang-lebih) kayak gini: Let we see. We have parrents. We have to care to our parrents. So, the former public official is like our parrents. They have been growing up us. They have built this nation. So, we have to care about them. We have treat them specially. Dia menyatakan bahwa mantan pejabat adalah orang yang berjasa terhadap kemajuan bangsa dan menganalogikannya dengan orang tua kita. Maka kita harus menyayanginya dengan memberikan perlakuan istimewa. Hehehe….
Ternyata emang bener. Debat session 2 kali ini sangat menarik. Apalagi setelah gue keluar dan ketemu sama Panji dan Edieth. Mereka sumringah banget dan bilang ke gue: Zak, kita juara! Kita ke-1! Kita dapet tambahan 3 poin! Yeah, apa gue bilang. Makanya, sering-seringlah POI dan maen ngotot.

Debat session 3
Nah, sekarang gue ada di room 4. sekarang sekitar jam setengah 3 sore. Di sini udah ada chief adju yang terdiri dari Novi, Eman, dan Etha. Sedagkan gue dan Anan jadi training adju. Untuk orang yang bernama Etha, ada sedikit garis bawah. Nama aslinya Margaretha. Cantik & lucu banget nih orang hehe...
Debat berlangsung biasa saja dan nggak terlalu rame. Bahkan gue sempet shock waktu ada peserta dari Kalimantan yang bikin seisi ruangan ketawa. Bayangin aja, kita semua lagi serius-seriusnya nilai, dan ketika peserta dari Kalimantan tersebut dapet giliran buat nyampein argumennya, dia keliatan PD banget. Dari segi pencitraan, gue yakin banget nih orang sangat meyakinkan dan telah menguasai motion. Dan lo tau kata-kata apa yang dia ucapkan sebelum menyampaikan debat? Jawabannya adalah ‘Good Morning everybody...’!
Whaaaa...!!! tidak! Yang bener aja...? ini udah jam tiga sore, mbak! Masya Allah... gue dan Anan ketawa-ketiwi nggak jelas. Ya ampun, runtuh sudah kepercayaan yang gue bangun beberapa menit yang lalu.

”Zak, gue seneng banget! Kita tadi lepas banget maennya. Insya Allah deh kita menang lagi!’ Begitulah teriakan Edieth dan Panji. Untuk kedua kalinya gue merasakan perubahan mendasar dalam benak dua anak manusia ini. Dua anak manusia yang sebelumnya Cuma memnuhi kewajiban kampus supaya kampus eksis di mata mahasiswa lain. Tapi, setelah gue dan Bento ’nyetrum’ mereka, akhirnya ada juga perubahan. Bahkan Panji sempet mau menitikkan air mata haru karena akhirnya Unisba menempati klasmen sepuluh besar (posisi 9) dan berhak melanjutkan ke babak quarter final!
Peringkat 9 sudah cukup bagus buat tim yang sebelumnya peringkat 28 dari 28 peserta. Tapi tetep, gue masih belum puas. Besok adalah babak 16 besar. Dan besok mesti bisa tampil all-out karena Unisba satu grup sama ITB!

Esoknya...
’Haduh Zak, gue cari bahan tadi malem sampe-sampe larut banget.’ Ujar Panji.
’Tuh kan, kata gue juga apa? Pas dulu banyak waktu luang leha-leha. Eh, pas pertandingan udah di depan mata baru deh sibuk nyari bahan.’ Edieth dan Panji Cuma bisa nyengir.
’Tapi Ki, Edieth mah nggak nyari bahan tuh.’
’Iya, gak apa-apa Dieth. Yang penting maennya mesti tetep ngotot dan perbanyak POI ok?’
’Siiip...’
Well, perlombaanpun berjalan. Lagi-lagi gue nggak sempat menyaksikan rekan satu kampus gue tanding. Because what? Because i got the shift in other room. Dan entah kenap gue selalu kebagian IPB. Bahkan, untuk yang satu ini ada duo IPB yang tanding. Duh, should I recognize Unisba in my dream till I get one chance to see how Edieth and Panji show?
Babak 16 besar emang ketat banget. Dan yang paling menarik adalah banyaknya kejutan yang datang. Selain karena majunya beberapa tim dari Kalimantan ke perempat final, pada kesempatan kali ini ada dua berita mengejutkan. Pertama, Unisba kalah (biasa aja...). kedua, ITB ikut-ikutan Unisba alias ITB kalah brow! And U know, ITB and Unisba can be lost by ABA Kalimantan! Do you belive it?
Ya, kalo Unisba akan menerima apapun hasilnya dan (seolah) pasrah. Masuk 16 besarpun udah bagus. Tapi tim yang bermental juara dan menjunjung tinggi perstige seperti ITB tak akan membiarkan begitu saja hal ini terjadi. Upi, salaha satu peserta dari ITB ngotot nggak nerima hal ini. Dia pun ngadu ke panitia. Dan tahukah kalian bahwa ketika ngadu ke panitia, Upi protes menggunakan bahasa Inggris yang lancar banget! Dia nggak terima dengan hal ini! Memang harus seperti itulah tim bermental juara.
Setelah ITB dinyatakan tak bisa melaju lagi, akhirnya ribalah saat yang ditunggu-tunggu: babak final. Ada empat tim yang melaju yaitu Unikom, UPI, Unpar A, dan Unpar B. dibandingkan dengan tiga tim lainnya, Unikom yang (menurut gue) terlalu kelihatan lemahnya dan gue rasa nggak sebanding jika disejajarkan dengan UPI dan Unpar. Mereka Cuma rebutal dan rebutal. Nggak ada definisi yang jelas dan solusi yang ditawarkan. Dan inilah para pemenangnya:

1’st : Unpar A
2’nd: UPI
3’rd: Unpar B

Ini bakal jadi pemanasan buat JOVED juli nanti. Congratulations!

2 comments:

Fajar Fauzi Hakim said...

naon??? lomba debat di UPI??? forget it...

-memori tahun 2005, debat modal nekat-

Dluha Mutammimah said...

Baca postingan ini saya jadi ngiri, gimana rasanya debat antar kampus. Abis saya pernah sekali duank ikut lomba debat. Itupun intern kampus. Kalo punya info seputar debat bahasa inggris kabar-kabari duha yah..di tunggu lho..^.^"