Monday, September 01, 2008

DRUNKEN MOLEN: Cacatnya Harian Pidi Baiq

Jika kita masih berpikir penulis sekelas Raditya Dika—dengan Kambing Jantannya—adalah seorang ahli pengocok perut dan pembuat gelak tawa, pikirlah dua kali. Karena kali ini ada ‘manusia aneh’ yang datang dari Republik The Panas Dalam siap membuat kita lebih dari sekedar tertawa atau mengocok perut. Pidi Baiq, nama aneh yang membuat kening saya berkerut. Entah apa artinya nama itu. saya berasumsi Pidi itu akronim dari Panas Dalam dan Baiq itu plesetan dari Baik. Kalau digabung ini hanyalah sebuah justifikasi/pembenaran dari seorang dedengkot grup band Panas Dalam dimana dia ingin mencitrakan Panas Dalam itu baik, padahal kenyataannya nggak begitu. panas Dalam itu eksentrik, seperti seorang temen saya, atau bisa kita sebut gila. Ehem, ini opini pribadi saya. Jangan sampai tersesat ke jalan yang lurus!

Pendapat kedua, Pidi adalah kepanjangan dari PD. Namun mungkin Mas Pidi takut disangka sombong kalo display nama penulisnya PD Baiq. Takut kesan orang negatif sama dia. Udah mah namanya PD, ditambah embel-embel Baiq lagi! Dasar PD Baiq! Beurat teuing ku ngaran—Terbebani oleh nama. Maka dari itu, akal Pidi berjalan dengan sangat cepat. Bergantilah menjadi Pidi Baiq. Sekali lagi, ini hanya asumsi pribadi. Jika memang ternyata kejadiannya benar begitu, haruskah saya ikut terkenal bersamanya?

Sebenernya buku ini sudah lama saya beli. Tapi entah kenapa saya suka sekali membacanya. Penggalan-penggalan kisah Pidi Baiq sarat dengan ketidakjelasan, terkesan ngelantur, seenaknya. Namun dibalik semua itu, Pidi memberi suatu penekanan bahwa hidup itu hendaknya dijalankan dengan main-main tanpa harus melanggar kode etik yang sudah ada. Juga, perenungan terhadap sesuatu yang simple tapi begitu mendalam serta mewujudkannya ke dalam keseharian. Oke, jika kalian pusing dengan review saya berarti kalian waras. Tapi kalau nggak pusing sama sekali, selamat, berarti kalian lebih waras!

Waktu hendak membaca halaman pertama, ada beberapa kata yang perlu kita semua—sebagai orang waras tentunya—garisbawahi. Terutama kalimat-kalimat pendek ‘berbahaya’ dari penulis. Diantaranya: Saya ucapkan terima kasih seolah-olah kepada diri saya sendiri! Atau yang ini: Nama orang dan tempat yang ada di dalam setiap cerita tidak semuanya asli dikarenakan setiap orang memiliki tabiat yang berbeda.

Di awal kisah pertama, ada sebuah judul: Naruto Bersyukur. Apalagi ini? Sebuah pembodohankah? Atau sebuah pelajaran yang sarat dengan nilai-nilai kebaikan? Atau mungkin nilai-nilai kebalikan?

Begini, Suatu malam Pidi mendapat kabar gembira. Bahwa anaknya, Timur, telah khatam. Mendengar berita gembira ini, Pidi langsung berinisiatif untuk melakukan syukuran di rumahnya. Mungkin untuk mensyukuri khatamnya Timur.

Namun, ide tersebut sempat ditolak oleh sang istri. Kenapa? Alasannya karena Timur khatam. Hmmm…di satu sisi ayahnya setuju syukuran karena Timur udah khatam. Tapi di sisi lain ibunya tak setuju karena justru Timur Khatam. Kenapa terjadi kontradiksi seperti ini? Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata Timur bukan sembarang khatam. Tapi Timur telah khatam game Naruto. Tamat! Level complete!

“Nggak usah!” kata sang istri.
“Kenapa?” Pidi balik Tanya.
“Ngapain?”
“Apa salahnya, ibu?”
“Mengada-ada saja!”
Bukankah ritual tujuh bulanan juga mengada-ada? Lalu 40 hari, 100 hari, 1000 hari juga mengada-ada? Kalau mereka dikritik alasan mereka juga sama: apa salahnya? Apa salahnya ngumpulin orang orang bersilaturrahmi? Iya, kan? Akhirnya sang istri luluh dan hanya berkata, “Ya udah terserah Ayah! Asal pake uang Ayah!”

Akhirnya syukuran tamat game Naruto pun terlaksana. undangan pun berdatangan yang tak lain tetangga dekat keluarga Pidi Baiq. Dengan sedikit malu-malu, Pidi berkata di hadapan hadirin bahwa dia mengadakan syukuran atas jerih payah anaknya dalam menamatkan game Naruto. Karena dia berpikir bahwa menamatkan game tersebut bukanlah hal mudah. Proses dan perjuangannya tentulah sangat berat. Terutama membagi waktu dengan sekolah, Timur juga harus mencari cara mengalahkan musuh Naruto, yang tentunya bukan musuh sembarangan. Tentunya kita masih ingat siapa itu Orochimaru dan gerombolan Akatsuki. Mereka bukanlah musuh sembarangan.

“Mudah-mudahan dengan tamatnya Timur menyelesaikan game Naruto itu, Timur tidak akan main PS lagi…”
* * *

Selain itu, masih banyak kisah menarik lainnya. Itupun jika masih berpikiran buku ini menarik, coba pikir untuk yang ketiga kalinya. Karena seorang Jaya Suprana mengatakan buku Pidi Baiq ini Humor sekaligus Horor! Bahkan di cover depan tertulis dengan jelas: Buku ini jangan dibaca!

Candil, vokalis Seurieus, mendapat kesempatan untuk mengomentari buku ini. Dia bilang: Buku ini sangat aneh. Walaupun saya belum membacanya.

Intinya, jika tidak siap mental untuk berpikir dan tertawa, lebih baik jangan baca buku ini. Tapi beli saja dulu. Bukankah buku yang dibeli tapi tidak dibaca lebih baik dari buku yang dibaca tapi tidak dibeli??? Modal, euy!

1 comment:

Fajar Fauzi Hakim said...

Terimakasih atas resensinya, tolong resensiin buku lainnya donk, resensiin bukunya Pamuk donk,

(eaaa nyuruh-nyuruh... -_- ampoonn kaka...)