PSIKOTES POLISI
Aku kaget mendengar berita hari ini. Sangat. Aku tak habis pikir negara ini sangat bobrok dengan segala yang ada di dalamnya. Mulai dari sistem pemerintahan, pendidikan, militer, para polisi, anggota DPR dan lain sebagainya. Hari ini, aku sadar bahwa orang Indonesia memang perlu terapi kejiwaan dan sedikit ”jamu” yang bisa membuat orang waras dari sakit jiwanya.
Di televisi, aku mendengar ada bawahan yang menembak mati atasannya. Dan kalian tahu dari institusi mana berita ini datang? Yup, dari institusi bernama kepolisian. Peluru yang disarangkan ke tubuh sang atasan berjumlah sekitar 20 butir peluru. Padahal, setiap polisi hanya dibolehkan memiliki sekitar 18 peluru. Sungguh aneh.
Dari kasus ini, polisi melakukan tindakan preventif berupa tes psikologi bagi para anggota polisi di Semarang. Kenapa di Semarang? Karena kejadian polisi bunuh polisi terjadi di Polda Semarang. Sekitar 200 orang polisi mengikuti tes psikologi untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengendalian diri para aparatur negara ini. Lalu, bagaimana dengan hasilnya? Rasanya kita semua harus mengucapkan selamat kepada para polisi yang telah bersedia mengikuti tes psikologi ini. Dari 200 orang peserta, hanya sekitar 15 orang saja yang lulus tes. Selebihnya tidak lulus. Aku tak tahu apakah tes psikologi ini ada tes perbaikan dan remidial. Aku juga ragu apakah 15 orang polisi yang lolos kualifikasi benar-benar murni lulus. Aku takut mereka saling bekerja sama dan nyontek.
Saatnya kita ucapkan selamat kepada para aparatur negara. Mari kita ucapkan selamat. SELAMAT MENUJU KEHANCURAN INDONESIA PAK POLISI!!!
LAPTOP ANGGOTA DPR
Anggota DPR saat ini memang aneh. Aneh kelakuannya. Aneh gayanya. Aneh maunya. Lihat saja kursi kosong di gedung DPR. Kenapa kursi yang dulu mereka perjuangkan mati-matian kini dibiarkan kosong? Kenapa kursi itu dibiarkan kosong? Mungkin mereka telah bosan memperebutkan kursi. Setelah menjadi anggota DPR mereka lebih senang memperebutkan yang lain. Entah itu uang, persepsi pribadi/ golongan dan bahkan (mungkin) wanita.
Kasus skandal sex juga telah mencoreng muka lembaga perwakilan rakyat. Masih ingat kasus video ”binatang” antara ME dan YZ? Itu adalah salah satu kelakuan anggota dewan. Aku juga tidak memungkiri (mungkin) selain YZ masih banyak anggota dewan—sebut saja anggota hewan—lainnya yang coba-coba berbuat dan mencoba perilaku ”hewani” tersebut. Hanya saja tidak ketahuan karena mereka tahu bagaimana merahasiakan skandal sex-nya. Sedangkan YZ tidak tahu bagaimana seharusnya skandal sex yang baik dan benar menurut sudut pandang DPR. Intinya, teman-teman YZ sedikit lebih cerdas dalam merahasiakan hubungan gelapnya. YZ sendiri bisa dibilang agak sedikit terbelakang dalam masalah ini.
Anggota DPR itu latah. Segala-gala ngikut. Peraturan anu ngikutin negara anu. Sistem keamanan ngikut sistem buatan negara anu. Sampai-sampai gaya bercinta ME dan YZ meniru gaya panda hamil ala China.
Tak terkecuali dalam masalah teknologi. Kabarnya, tiap-tiap anggota DPR akan diberi fasilitas tambahan. Dan katanya, fasilitas tambahan ini diinspirasi oleh salah satu acara infotainment di salah satu TV swasta. Tahun ini merupakan era kebangkitan Tukul Arwana. Dia telah menginspirasi DPR untuk kembali ke laptop. Ya, tiap-tiap anggota DPR rencananya akan diberi laptop.
Yang menjadi pertanyaan, apakah dengan gaji anggota DPR sekarang ini mereka tidak bisa membeli laptop dari gajinya sendiri? Apakah gaji yang diterima tidak mencukupi untuk membeli laptop merek terkenal? Apakah anggota DPR masih merasa belum cukup dengan gaji kisaran 15 juta-an perbulan sehingga DPR harus ”menafkahi” mereka dalam urusan laptop?
Pertanyaan tidak hanya sampai di situ. Masih banyak hal ganjil dalam urusan pengadaan laptop ini. Apakah semua anggota DPR telah melek sama teknologi? Kalau belum, lebih baik pihak DPR memfasilitasi setiap anggotanya untuk kursus laptop terlebih dahulu. Bukankah itu lebih bermanfaat. Aku takut jika nanti setiap anggota diberi fasilitas dan tidak tahu bagaimana cara menggunakan laptop yang benar, bisa-bisa ada acara nonton film porno bareng bersama anggota DPR di laptopnya masing-masing. Bukankah ini sangat membahayakan negara? Betul tidak ibu-ibu?
Bayangkan, laptop yang akan diterima tiap anggota harganya sekitar Rp 21.000.000,00. Wow, harga yang sangat fantastis untuk ukuran sebuah laptop. Jika dibandingkan dengan harga motor bebek yang paling bagus pun masih kalah.
Roy Suryo, pakar di bidang IT mengatakan, ”Untuk ukuran laptop, harga 21 juta itu sungguh harga yang sangat fantastis. Bahkan, dengan harga 7-8 juta pun pemerintah masih bisa mendapatkan laptop dengan kualitas dan merek terkenal”.
Namun alhamdulillah sekali ternyata eh ternyata si laptop ini nggak jadi dikasihin sama anggota DPR karena banyaknya reaksi yang menolak. Kita juga sebagai rakyat mesti mensyukuri gagalnya ”peristiwa” terbodoh dalam sejarah Indonesia ini. Kita bersyukur sekaligus mensyukuri semua anggota DPR akhirnya tidak terjerumus pada kasus yang sedikit kontroversial. Dengan keputusan ini, semoga saja nonton bareng film ”esek-esek” berdurasi ± 20 detik di DPR tidak terjadi. Semoga anggota DPR jadi sadar dan membelanjakan sebagian gajinya untuk beli laptop. Semoga kasus yang lebih bodoh dari ini—semisal pembelian pesawat terbang untuk masing-masing anggota dewan—tidak lagi terjadi di negara Indonesia. Semoga saja.
Jika masih bisa dapat laptop dengan harga murah dan kualitas bagus, mengapa harus bayar lebih mahal???? Kan sisanya untuk korupsi, mark up dan kepentingan pribadi. Tolong jangan bilang KPK soal kasus ini. Nanti aku kasih kamu 5% dari pengadaan laptop ini, OK?
IRONI GRANDMASTER
Pagi ini, sebelum aku berangkat kuliah, seperti biasa ayahku udah stand by nonton TV. Eits, jangan salah dulu. Babeh isnt watching a rubbish programe. He is watching some news. Menurut penelitian, laki-laki cenderung mahluk yang tidak sabar, mudah bosan pada sesuatu dan lebih senang menggonta-ganti channel TV. Intinya, ayahku termasuk orang yang nggak bisa setia sama satu stasiun televisi.
Ketika ada berita penting di Metro, dia ganti channel dari RCTI ke Metro. Terus, kalo di Metro beritanya bosenin dia ganti channel ke Trans TV. Seperti itulah siklus pergantian berita menurut sudut pandang Babeh.
Ketika ada berita mengenai anak-anak umur 10 tahun yang menjadi grandmaster catur tingkat ASEAN, Babeh jadi penasaran dan mulai ”memanas-manasi” adikku yang duduk di kelas 5 SD agar dia juga termotivasi. Karena rasa penasaran segede gunung dan sedalam lautan (alaaachh...) Babeh nggak gonta-ganti channel lagi. Dia mencoba untuk ”setia” dan ngajanteng buat nonton SCTV.
Setelah lama menunggu akhirnya berita tersebut muncul ke permukaan. Di sana tampak sang presenter (Bayu Sutiono kalo gak salah mah) sedang duduk di hadapan seorang anak kecil bernama Masruri. Kalo ga salah sih yang namanya Masruri ini masih duduk di kelas 6 SD. Orangnya sedikit pemalu, tidak terlalu blak-blakan, wajahnya tidak dewasa, gaya bicaranya sederhana dan dia tidak kuliah (ya iyalah....secara dia masih SD!).
Bayu Sutiono sebagai presenter mulai mewawancarai Masruri. Ternyata Masruri ini sangat berbakat jadi pecatur. Dia pernah jadi Grandmaster catur anak-anaak se-ASEAN. Pernah juara tingkat nasional. Pernah juara tingkat anu di anu. Pernah menyabet piala anu dan segudang prestasi lainnya. Hebat sekali. Gue aja sampe iri sama dia.
Ternyata sang presenter orang yang sangat kreatif. Selain wawancara dan tanya jawab serta jawab-tanya (kok kayak yang sama ya??? Bedanya apaan sih?), Bayu menantang Masruri bermain catur cepat (blitz) di depan kamera TV. Dan, siapakah pemenangnya? Kalian pasti udah bisa nebak JRENG....JRENG....JRENG......Ya dialah Masruri. Percaya ato nggak, Masruri naklukin Bayu hanya dalam beberapa langkah. Its AMAZING!
Setelah itu, berlanjut pada sesi wawancara lagi. Pada sesi kali ini, Bayu lebih mengarahkan pertanyaan ke masalah kesejahteraan Masruri dan keluarganya. Ternyata kesejahteraan Masruri tidak bersinar layaknya prestasinya di bidang catur. Masruri tinggal di pinggiran ibukota. Hidupnya sangat memprihatinkan. Selepas pulang sekolah dia harus membantu ibunya berjualan. Keluarganya sangat pas-pasan. Bahkan jika keluarganya ingin melihat dia bertanding, maka ibunya harus mencari pinjaman sana-sini. Dan yang lebih mengagetkan lagi ketika Bayu bertanya:
”Memang berapa uang yang kamu peroleh ketika menjadi grandmaster di Jakarta?”
”Waktu itu saya dapet piala. Saya berharap waktu itu mendapat uang. Tapi ternyata tidak. Akhirnya, saya pulang dari Ancol ke rumah jalan kaki”.
Kalian denger kan? Dia jalan kaki setelah menjadi Grandmaster dan mengharumkan nama bangsa di pentas dunia!!! Sungguh pengorbanan yang hebat! Ini yang harus dicontoh.
Aku nggak bisa bayangin, sebenernya tugas menpora itu ngapain sih? Masak orang yang udah jelas-jelas ngebela bangsa dibiarin gitu aja. Sementara ”spesies” semacam Nurdin Halid—sang koruptor kasus gula impor dan pernah mendekam di penjara ketika ia masih menjabat—dipertahankan sampai saat ini sebagai ketua PSSI. Apa menpora nggak peduli sama nasib anak ini dan lebih mengutamakan koruptor? Aku rasa ini adalah hal terbodoh untuk kesekian kalinya yang dilakukan pemerintah. Pemerintah itu lebih banyak bodohnya daripada pinternya. Kapan ya pemerintah kita bisa cerdas???
Kembali lagi ke masalah wawancara tadi. Melihat fakta seperti ini, Bayu menyeru pemerintah untuk lebih memperhatikan nasib atlet. Juga menyebut menpora Adhyaksa Dault bertanggung jawab atas kasus semacam ini jangan sampai terulang lagi.
Hmmm...ini baru kasus atlet catur. Mungkin di luar sana masih banyak Masruri-Masruri lainnya dan berprestasi di bidangnya masing-masing. Semoga kasus seperti ini menjadi pelajaran dan menjadi cambukkan bagi bangsa ini supaya lebih peka terhadap nasib rakyatnya. Rakyat yang baik tidak pernah mempermasalahkan seberapa besar pemberian dari penguasa. Namun penguasa yang goblok tidak pernah memberi nafkah terhadap rakyatnya walaupun sang rakyat telah berjasa!!!
Bandung, 27 Maret 2007
Skak matt!!!
No comments:
Post a Comment