Wednesday, August 06, 2008

Nyulik Anak Orang!





25 Juli 2008

Message: Zaq dah nyampe rumah...?
From: M**

Message: Udah Mie...ni lg istirahat d kamar. Kaki pegel2 heu...knp gt?
To: M**

Message: Nggak knapa2..bisi nyasar ah hehe...Yah dah perjuangan siy k Old City..Ditambah k Lembang..Haduwh2..Zaq..Zaq..Tp Makasi y..Ywdah atuh istirahat y...
From: M**

Message: Nyasar? Kan banyak angkot x hehe...Iya mkasi jg wat hr ini. Ni pgel gara2 jarang olah raga. Km jg istirahat y...Oyasuminasai
To: M**




Capek banget hari ini. Gila, ini baru yang namanya city touring. Kaki udah nggak bisa gerak lagi. Rasa-rasanya bengkak segede kaki gajah. Kepala juga pening. Badan apalagi, mirip orang tua yang terkena osteoporosis. Padahal aku belum mandi. malam ini panas, tapi aku tak tahan lagi untuk bangkit. Apalagi untuk sekedar mandi, untuk wudhu dan solat isya saja perjuangan ekstra keras.

Jadilah aku tidur dengan penuh keringat. Ditemani nyamuk yang selalu siap memburu darah-darah segar malam ini. Terkadang pukulan dan tepukan tanganku tak menyurutkan gerombolan nyamuk haus darah tersebut untuk berhenti 'menambang' darahku. dasar nyamuk-nyamuk vampir!
* * *

Tak biasanya pagi ini aku bangun subuh sekali, pukul 04.30. biasanya aku bangun telat dan hampir selalu begitu setiap hari. Namun hari ini, entah kesadaran apa yang membuatku terbangun pagi sekali. Padahal semalam tidur pukul 01.00.

Mungkin kesadaran itu adalah karena beberapa isi SMS yang dya kirim. Beberapa SMS yang membuatku bersemangat menghadapi hari. SMS yang--sadar atau tidak--mengharuskanku bangun pagi karena hari ini aku harus menjemputnya. Dan tahukah kalian dimana aku harus menjemputnya? Tentu saja di rumahnya. Dan rumahnya terletak di Bandung sebelah barat, tepatnya Old City, Dayeuh Kolot, Kota Tua. Jauh geuningan ti Antapani teh!

Zaq: Halo...
Adi: Halo Bro! Aya naon?
Zaq: Ummm...Di, ari ka Dayeuh Kolot jalanna lewat mana?
Adi: ...??? Rek naon ka Dayeuh?
Zaq: Hehe...
Adi: Oh, ngarti-ngarti. Hehe,,,maneh rek bareng jeung c M**?
Zaq: Hehe...
Adi: Geus weh ngambil arah ti Buah Batu. Terus ka Pasar Kordon. Lurus terus.
Zaq: Maneh apal nu ti arah Moh. Toha teu?
Adi: Teuing nu ti arah Moh Toha mah.
Zaq: Oh, ya udah atuh. Thank you.



Zaq: Halo Mif...
Mif: Halo Zaq, aya naon?
Zaq: Mif, ari ti Moh. Toha bisa lurus ka Dayeuh Kolot teu?
Mif: Kela-kela...Rek naon maneh ka Dayeuh kolot?
Zaq: Hehe... (ini nyengir kesekian kalinya)
Mif: Alaach,,,apal urang. Rek ka teun c M** kan? Rek naon maneh ka ditu?
Zaq: Hehe... aya perlu.
Mif: Iya, bisa kok lewat Moh. Toha terus lurus. Sampe deh di depan imahna.
Zaq: Oh, OK deh. Thanks bro!

YES!

Serba salah. Ya, selalu saja begini. Entah kenapa aku selalu merasa salah, selalu merasa ada yang kurang, dan selalu menuntut perfect. Terutama jika harus melakukan ‘agenda’ bersama seorang wanita. Dimulai dari baju yang kupakai. Rasanya kurang pas deh, terlalu longgar. Kemudian celana. Ah, warnanya nggak match sama baju. Jadi seolah tabrakan warnanya—walaupun saya bukan seorang fashion stylist. Jadi apa yang harus kupakai, hah?
Terlalu menuntut kesempurnaan membuat diriku pusing. Sempurna menurutku bukan berarti baik bagi pandangan orang. Jadi, kesempuranaan mana yang akan kuambil? Menurut pendapat orang atau pribadi? Well, daripada terus begini dan tak mempunyai konsep yang jelas tentang fashion yang baik ketika berhadapan dengan wanita, sudah, aku putuskan untuk tampil apa adanya saja. Bukankah aku sudah bilang, Jika kau tak punya apa pun, cukup tunjukkan dirimu sebenarnya. itu saja, tidak lebih. Dan orang akan melihat bahwa kau punya sesuatu yang berlebihan. Percayalah!
Berbekal quotes pribadi tersebut, aku beranikan diri untuk memakai t-shirt hitam bertuliskan ‘Jack Daniels’ dan celana jeans warna coklat dan sandal (ehem..) Eiger. Tak lupa jaket hitam. Maka, sekitar pukul 7.20 aku berangkat menuju Old City dengan perasaan campur aduk.

Emang tau gitu dari tol Moh. Toha? Kalo lewat situ ntar pada manyun lagi, soalnya di situ padat dan sering macet tau?!

Ya, terbukti. Mengambil rute dari Moh. Toha adalah cobaan terberat sebelum mencapai Oase Dayeuh Kolot. Antrian kendaraan begitu padat serta tingkat polusi yang tinggi, membuat siapapun yang lewat pada jam-jam tertentu bawaannya selalu stres dan frustasi. Selain antrian kendaraan, juga antrian manusia yang selalu ikut meramaikan. Jadi, jika kita terjebak kemacetan lalu lintas dan berniat turun dari angkot supaya bisa berjalan lebih leluasa, itu salah besar! Yang harus diperhatikan adalah: Kendaraan dan manusia sama-sama terjebak antrian panjang. Jadi, belilah pesawat terbang. Yuk!
Perjalanan menuju rumah dya menghabiskan waktu sekitar satu jam. Hmmm...setengah waktu perjalanan Garut-Bandung. Dan sesampainya di sana, aku menunggunya di depan Gapura gang masuk ke rumahnya. Deg...deg...deg...

Serangan jantung stadium tiga!

Selang beberapa menit kemudian...
Mie: Hey, dah lama?
Zaq: Ah, nggak kok. Baru lima menit.
Mie: Macet ya?
Zaq: (Dah tau nanya!) Iya, lumayan hehe...
Mie: Kata Mie juga apa, jangan lewat situ.
Zaq: Ya aku taunya Cuma lewat situ. Kalo lewat Buah Batu aku nggak tahu. Udah siap?
Mie: Iya…
Zaq: Yuk berangkat!

Well, adegan prolog dalam sebuah sinetron. Ini adalah warming up sebelum melakukan tapak suci. Ini adalah appetizer sebelum main course. Dan sejauh ini berjalan lancar. Sampai akhirnya…

Zaq: Mie, liat kunci motor nggak?! (Panik!)
Mie: Lho, tadi kan sama kamu…
Zaq: Tadi aku gantungin di sini (Di tempat bertuliskan ignition), tapi kok sekarang nggak ada???
Mie: Duwh,,,coba cari di kantong jaket sama celana!
Zaq: (Sambil meraba-raba kantong, aku tak menemukan apapun) Nggak ada.
Mie: Duh, gimana dunk...?
Zaq: Gimana lagi...? (Aku pasrah, mungkin tadi ada seseorang lewat dan mengambil kunci tanpa sepengetahuan kami berdua. Mungkin waktu kami sedang ngobrol)
Mie: ...???

Haduhh,,,kenapa selalu saja terjadi momen-momen unpredictable kayak gini? Bikin sport jantung saja! Kalo kayak gini caranya lebih baik kutitipkan saja motorku di rumahnya. Lalu, kita berdua naek angkot ke Buah Batu. Fiuh...

Zaq: Mie, aku nitip motor aja deh di rumah kamu...
Mie: ...???
Zaq: Kayaknya ada orang yang ngambil kunci motor. Ya mau gimana lagi...?
Mie: ...???
Zaq: Fiuhh...
Mie: Coba cari lagi. Siapa tau nyelip di tas atau di saku gitu...

Perempuan yang keras kepala. Sudah kugeledah semua yang berhubungan dengan saku dan jaket, tapi tak membuahkan hasil. Tas pun sudah kugeledah dan tak ada apa-apa. Kenapa kau begitu yakin bahwa kunci ada di tas atau di saku padahal aku telah menggeledah semuanya?
Hey, tunggu sebentar! Kok ada yang aneh di sabuk ya? Mirip-mirip gantungan kunci! Apa mungkin...??? Yaaaa....kunci motor! Kunci motor ketemu! Tapi kenapa harus nyelip di sabuk? Aneh.
Well, hikmah dibalik musibah ini adalah malu sebagian dari iman. Aku malu bukan karena lupa menyimpan kunci, tapi malu karena salah menempatkan kunci tidak pada tempatnya. Dan di sinilah sesuatu yang buruk terjadi: Harga diri turun gara-gara kesalahan kecil. Maaf, Mie...

Rute pertama adalah menuju rumah teman. Karena di sana sedang ada acara. Maka berangkatlah kami ke rumah teman tersebut. Sesampainya di sana, kami diperlakukan dengan baik dan ramah. Kami disuguhi makanan dan minuman. Ya, cukup sekian mengarang tingkat SD-nya.
After that, kita melanjutkan perjalanan ke kampus. Kebetulan hari ini adalah hari jumat, aku dan beberapa teman jumatan terlebih dahulu. Sedangkan Mie aku titipkan di tempat penitipan barang(iya, sorry salah), maksudku Mie dan akhwat lainnya menunggu di BEM.
Hari ini adalah hari spesial untuk temanku. Karena ada teman yang ngulang yuswa, maka hari ini ada makan gratis dan rencananya di Selasih. Wow, it’s a good time! Let we eat together! Maka setelah jumatan, kita semua langsung berangkat menuju Selasih. Seperti biasa, aku bonceng Mie—bukannya dari tadi juga bonceng dya?
Ketika nyampe di daerah Taman Makam Pahlawan, aku mempunyai ide brilian! Ide ini lebih-lebih dari ide biasa seperti penjahat menguasai dunia, ide ini lebih gila dari itu! Hmmm...kalo boleh aku menyebutnya sebagai ‘kejutan 25 juli’. Idenya adalah: Menculik anak orang!
Ya, terdengar serius dan menyeramkan. Tapi biarlah. Sekali-kali menjadi penjahat tak apa, asalkan niatnya baik. (Lho???). Maksudnya begini, ini bukan sekedar menculik kemudian meminta tebusan. Bukan, bukan seperti itu. Aku pun berpikir, jika minta tebusan pada orang tuanya, mereka mungkin bilang: ‘Lho, kenapa kami yang harus nebus? Bukannya kamu yang harus nebus pakai mas kawin?’
Kita berdua masih di bawah umur, pak.
Culik dya! Culik dya! Culik dya! Bisikan-bisikan itu terus menggema di dalam kepalaku. Apakah aku harus menculik Mie? Apakah aku harus membawa kabur dya? Kalaupun harus, lalu kemana? Aku bingung. Aha, bagaimana kalau Setiabudhi? It’s a nice place. Cool, calm, and tiris.
Jika ke Selasih harus belok ke kanan, maka aku putuskan belok ke kiri mengambil arah Sadang-Serang untuk kemudian menuju Dago melalui Tubagus Ismail. Cukup berani keputusan yang kuambil. Karena akupun tak tahu apa yang harus kulakukan setelah ini. Aku hanya mengikuti naluri remaja berumur 20 tahun.

Mie: Lho. Kok kita belok ke sini?
Zaq: Ummm...Ada perlu dulu Mie.
Mie: Emang ntar dari sini bisa motong jalan ke Selasih gitu?
Zaq: (Pertanyaan polos...) Hmmm...iya, bisa.

Diam.
Jujur, aksi ini sangat spontan dan memerlukan keberanian tingkat tinggi. Aku gemetar dan tak tahu harus berbuat apa. Sementara dya asyik dengan pikirannya sendiri. Ah, semoga saja dya mengerti.

Mie: Zaq, kayaknya ini arah ke Dago deh?
Zaq: Ummm...iya.
Mie: Ngapain ke sini?
Zaq: (Ayo, berpikir...berpikir...) ada pameran hehe...
Mie: ...???

Motor melaju dan keluar di Dago. Saat itu keadaan cukup ramai. Kami berdua terus menyusuri jalan ke arah ITB kemudian berbelok menuju Cihampelas. Lalu belok kanan dan akhirnya tiba di Cipaganti. Lurus terus sampe juga di daerah Setiabudhi.
Perut udah bener-bener lapar. Duh, kenapa harus ngambil keputusan gila kayak gini? Kenapa nggak ikut mereka aja ke Selasih coba? Mungkin sekarang bisa ngumpul sambil makan gratis. Kalo di sini...? Bheuuu...capek abis!
Sabar nak, namanya juga perjuangan. Even i tired and being heat here, i was happy with her. Eh, ada WS (Warung Steak) di depan. Ah, mending belok aja ke situ dan makannya di situ. Kalo naik lagi ke atas jauh dan keburu pingsan Mhuahaha….!?

Mie: Ngapain ke sini? (WS)
Zaq: Makan...
Mie: Ngapain jauh-jauh Cuma buat ke WS doang? Kenapa nggak sekalian aja tadi di WS deket kampus???
Zaq: ...???

Mampus deh gw! Aku kalah telak!
Duh, kenapa ya aku jadi nggak konek gini? Iya ya, kalo Cuma ke WS aja ngapain jauh-jauh ke Setiabudhi? Kenapa nggak yang di Taman Sari aja sekalian deket kampus? Akh, bener-bener salah lagi. Duh!
”Ya udah, kita naik aja ke atas.” Aku jawab.
”Eh, ya udah di sini aja. ngapain juga ke atas? Jauh tau...” Mia nggak mau kalah.
”Udah, pokoknya kita makan di atas. Kita makan di Lembang!”
Tak ada suara lagi. Tak ada protes.

Berangkatlah kita ke Lembang. As you know, suasana di sini sejuk. Enaklah daripada Bandung kota. Panas pisan! Walopun terjadi kemacetan, toh bawaannya tetep enjoy dan nggak stres.
KRING…KRING…!!!
KRING…KRING…!!!

Bunyi HP! Oh, ternyata HP Mie yang bunyi. Dya angkat telfon dan berbicara…

Mie: Hallo...
Sha: Kalian dimana?
Mie: Gak tau nih Zakky. Kita sekarang lagi di Lembang...
Sha: What???
Mie: ...
Sha: Cepet balik lagi ke Selasih. Kita tunggu!
Mie: Sha, Mie gak tau nih mo dibawa kemana. Kayaknya Mie diculik nih. Tolong...

What? Diculik? Mana penculiknya...mana penculiknya? Kalo ketangkep gw bakal bikin perhitungan sama penculiknya! Awas lu penculik, kalo ketangkep gw hajar! Berani-beraninya ya lu nyulik dya dari gw...
Hmmm...apa nggak kebalik yha?

Mie: Zakky, kita mo kemana sih?
Zaq: Ke Lembang...
Mie: Ah, Mie gak mau. Kita pulang aja yuk ke Selasih.
Zaq: Duh Mie, please...ini udah setengah jalan. Masak mo balik lagi...?
Mie: Ya abisnya, ngapain jauh-jauh ke sini kalo Cuma pengen makan doang? Di Selasih juga bisa!
Zaq: Please, Mie...

Perempuan memang susah ditebak. Seolah setuju padahal nggak. Nggak setuju padahal pengen. Duh, really confusing now. Just try to be patient and I’ve to hold it untill finish. Yeah, there’s something i’ve to talk with her…
Walopun perasaan campur aduk dan nggak nentu, takut dya ilfil, aku hanya mencoba sabar dan sabar. Soalnya waktu SMA aku punya temen yang namanya Shobir. Artinya orang yang penyabar. Nah, emang nggak nyambung kan?
Bumi terus berputar. Begitu juga dengan ban motorku yang terus berputar menuju suatu kafe di sudut Lembang. Lama-kelamaan, semakin tinggi dataran semakin dingin pula daerah tersebut. Astaghfirullah, meuni tiris kieu Gusti…Tak apalah kalau aku yang kedinginan, no problem. Tapi kalau yang aku bonceng kedinginan? Bheuuu…gw takut ntar pas nganterin pulang dya flu atau demam. Duh, jangan sampe deh dya sakit. Kalopun dya sakit, tolong pindahkan sakitnya ke gw, eh…ralat, jangan ke gw. Ummm…ke siapa ya? Ada yang berminat? Heu…
Sebentar lagi lokasi yang dituju nampak. Baiklah, aku kasih tau lokasinya. Sebuah kafe yang lebih mirip rumah panggung. Terletak di sebelah tikungan—cukup berbahaya. Lokasinya cukp dekat dengan Tangkuban Parahu. Ladies and gentleman, inilah dia Kafe ’I Love U’! Jreng...jreng!!!
Ya, nama Kafe ini adalah Kafe ‘I Love U’. dilihat dari namanya tentu saja konotasinya nggak jauh-jauh dari tempat orang pacaran. Well, faktanya memang seperti itu. Tapi buat kita-kita, terutama aku dan temen-temen kampus, Kafe ini biasa dipakai untuk Ultah. Jadi jarang banget ada temen kampus ke sini sekedar buat pacaran. Lumayan jauh soalnya...
Mungkin dua anak kecil ini harus berpikir ulang tentang benarkah pilihan menentukan tempat di kafe seperti ini? Disebut pacaran nggak. Disebut pe-de-ka-te juga nggak. Disebut temenan bingung. Kita berdua lebih mirip anak SMP yang mabal dari sekolah. Aku kecil dya imut. Aku mini dia super mini. Aku minimalis dya ukuran doble S. Guru, maafkan muridmu yang mabal ini. Jujur, kita bukan kabur. Tapi kita sedang melakukan praktek melarikan diri jika sewaktu-waktu sekolah diserang tawuran oleh sekolah lain. Dan salah satu tempat kabur yang cozy adalah Lembang heu...
Yup, tibalah di lokasi kejadian. Ummm...maksudnya, telah tiba dengan selamat dua anak SD yang melakukan mabal di luar jam pelajaran. Bukan mabal dong kalo gitu?

Mie: Ooo...kamu ngajak ke sini tho?
Zaq: Ya. Tempat ini sejuk dan dingin. Nggak bakal stres lah di sini.
Mie: Zaq...Zaq...Jauh banget kamu bawa Mie ke sini.
Zaq: ...

Kita berdua masuk ke dalem. Di dalem tuh bukan ruangan sih, lebih tepatnya ruangan terbuka yang setiap sudutnya terdapat saung. Tempat ini bukanlah kafe dengan tempat duduk dan meja, jangan pernah berpikir seperti itu. Kafe ini konsepnya saung terbuka dan lesehan. Aku menuju sebuah saung yang di sudut sebelah kanan kafe, karena di sini aku bisa melihat perkebunan. “Kita duduk di sini aja ya, Mie...”
Mie masih dengan muka cemberutnya. Mungkin dya membutuhkan penjelasan atas semua ini. Mulai dari proses awal aku ngajak jalan, terus penculikan kelas teri yang terjadi, sampai akhirnya nyangkut di tempat kayak gini. Mungkin aku harus menjelaskan semuanya. Namun, pertanyaannya adalah: Sekarang atau nanti?

Zaq: Jangan cemberut gitu dunk, please...
Mie: … (masih diam tanpa reaksi)
Zaq: Jangan marah ya udah aku culik.
Mie: …
Zaq: (Duh, kudu ngomong naon deui urang?)
Mie: (Ada senyuman menggurat di bibir kecilnya) Nggak kok.
Zaq: Terus?
Mie: Mie kalo di daerah panas bawaannya manyun terus. Tapi kalo di sini nggak stres. Sejuk....

Berarti feeling gw bener-bener jitu. Membawanya ke tempat seperti ini memang melepas stres. Membuat semuanya relax. Aku hanya kaget mendengar jawabannya, dan tentu saja senang. Secara tidak sadar menculik dya dan membawanya ke sini adalah hal yang tepat.
Setelah memesan makanan dan minuman, kita berdua ngobrol tentang banyak hal. Peristiwa hidup yang menghampiri kita berdua, keluarga masing-masing, teman, sampai hal-hal pribadi yang tadinya kita berdua saling bisu. Terutama tentang keluarga, kami bicara sangat panjang dan terkadang serius. Baginya, membicarakan seputar papa, mama, adik-adiknya, adalah hal yang menyenangkan. Dari situ dya seolah fasih bercerita. Tak kusangka Mie yang selama ini kuanggap cuek dan apatis bisa begitu fasih dan cair. Aku tak banyak komentar, hanya berusaha menjadi pendengar yang baik sambil sesekali memandangi wajahnya. Hehe...
Dya menjadi tambah lucu ketika harus menceritakan hal-hal konyol. Aku hanya tertawa dan tertawa. Mie...Mie...kamu lucu juga ternyata.
Makanan udah siap. Dua porsi ayam lada hitam, satu gelas jus alpukat, dan satu gelas cappucino. Aku udah nggak tahan nih laper pisan. Mie juga sama kayaknya. Dasar mah udah jauh-jauh dari Dayeuh kolot, diculik pula. Kita berdua makan lahap banget. Sesekali diselingi obrolan.

Malanya...
Selepas dari Togamas, sekitar pukul 19.00, aku dan Mie berjalan ke koridor parkir. Maksud hati ingin mengantarnya pulang kembali ke Old City. Jauh geuningan!
”Mie, aku ada janji kan sama kamu...?”
”Oh ya...sok atuh, katanya mo bilang...”
”Mmm...gimana yha? Aku...” Speechless!
”...”
”Mmm...ini semua tentang Bogor Mie. Semuanya berawal waktu di Bogor. Aku juga bingung kenapa ini bisa kayak gini. Aku nggak ngerti...”
”...” Dya hanya tersenyum.
”Aku Cuma pengen bilang...” Let it be, Zak!

Well, I told the truth. Tonite the stars shine and the moon smile. Even we can’t get the feelin, we try to save and care about. Having someone tht we love is a treasure. Make us exist. Make us strong. Make us brave to face the life.

“Makasih kamu udah care sama Mie. Makasih buat semuanya. Makasih buat hari ini, Zak. Makasih. Tapi...”
Ya, aku tahu. Kata ’tapi’ di sini aku tahu makna serta kelanjutannya. Aku tak berharap banyak, hanya ingin berkata jujur. Dan kejujuran membuatku lega dan bebas dari belenggu.
* * *

02 Agustus 2008
Seminggu kemudian...

Zaq: Mie dah siap?
Mie: Dah nyampe rumah gitu?
Zaq: Blom, ini mau berangkat. Kamu siap-siap ya...
Mie: Iya...
Zaq: Setengah jam lagi aku nyampe. Tunggu ya...
Mie: Iya...

Hoho...siap-siap buat jemput lagi. Rencana hari ini kita bakal pergi ke daerah pegunungan di seputaran Ciwidey. Kali ini gw nggak bakal melakukan aksi penculikan lagi. Karena hari ini kita berangkat bareng temen-temen yang lain. Kita banyakan hari ini.
Walaupun air radiator belum diganti, tapi tak apalah. Kayaknya motor nggak bakal menemukan kendala berarti di jalan. Habis dari Ciwidey, baru deh ganti. Sekarang fokus dulu ke Dayeuh Kolot heu...
Jalanan nggak terlalu macet. Semuanya berjalan normal. Kali ini aku nggak mau stres yang kedua kalinya lewat Moh. Toha. Jangan sampe adegan macet dan antrean manusia terulang kembali. Maka dari itu, aku mengambil jalur Buah Batu dan kemudian lewat Pasar Kordon. Namun, malapetaka terjadi. Setelah lolos dari kemacetan, aku masuk perangkap lain. Polisi!

Pol : Minggir! Minggir!
Zaq: ...???
Pol : STNK sama SIM mana?
Zaq: ... (sambil menyerahkan SIM dan STNK)
Pol : Ti mana tadi?
Zaq: Ti Borma, pak. Teras balik deui ka Ciwastra.
Pol : Tadi belok langsung kanan, kan?
Zaq: Muhun, pak. Kunaon kitu?
Pol : Teu kenging, jang. Eta forbidden
Zaq: (Duh, kenapa selalu aja ada hambatan. Padahal waktu dah mepet nih!)
Pol : Kumaha atuh? Sidang wae?
Zaq: Duh, kumaha saena weh pak. Abdi buru-buru pak. Kedah ngajemput.
Pol : Ngajemput saha kitu? (Sambil melihat helm pink yang kubawa).
Zaq: Rencang, pak. Hehe...
Pol : Ahh, nyarios weh atuh kabogoh. Tong make rencang-rencangan sagala. Bapak oge ngartos atuh haha...
Zaq: Hehe...(Nyengir)

Setelah menyelesaikan perkara di tempat, aku duduk sejenak. Aku ngobrol dulu dengan polisi tersebut. Polisi juga manusia...

Zaq: Macet wae pak nya di dieu mah...
Pol : Uh, tiap dinten jang.
Zaq: Teu stres pak?
Pol : Ah, bapak mah bawa enjoy weh. Da pami dicandak pusing mah malah lieur...
Zaq: Hehe...
Pol : Sok atuh geura jemput. Bisi si Nyai lami teuing ngantosan...
Zaq: Iya, pak. Nuhun atuh.

Tancap gas menuju Old City. Wow, rintangan ke Old City ternyata beragam. Dimulai dari medan hingga Polisi. Tapi, inilah perjuangan.
Aku jadi teringat quotes pengisi acara Golden Days di Metro TV. Dia mengatakan bahwa cinta sejati itu salah semua. Maksudnya begini, ketika kita akan berhadapan dengan orang yang kita suka, banyak perasaan serba salah. Takut bajunya nggak rapi, merasa serba salah jika bertemu, rambut nggak rapi padahal sudah disisir, dan perasaan salah lainnya.
Menurutku ada benarnya juga. Karena aku telah mengalaminya. Dimulai dari lupa menaruh kunci hingga ditilang polisi. Bahkan hampir tiap kali ketemu selalu saja ada kesalahan hehe...

1 comment:

Fajar Fauzi Hakim said...

Kamu teh ngojek atau nyulik?
Ini teh yang di avatar YM tea?
dan kamu teh resmi 'hasilnya' hanya ngojek????

(tertawa)

(tapi jablay juga)

(well sometimes surprises don't go as we hoped, i did many surprises, most of them don't go well)