Tuesday, March 04, 2008

Fenomena Kesurupan (LIVE)


(Walopun udah agak lama, tapi keun welah...)



Selasa, 22 Januari 2008
LDKM. Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa. Hmmm...sebenernya gue alergi dengan acara-acara yang sifatnya formal dan kaku kayak gini. Selama kurun waktu enam tahun di Garut, gue sudah mengalami asam-garam acara-acara semisal LDKM. Yang gue rasa, LDK macem gini acaranya monoton, menguras tenaga dan pikiran, capek, nggak dinamis, dan buang-buang waktu.

Alergi disebabkan pola pikir gue yang biasanya nggak sejalan. Kadang gue pengen berontak dengan keadaan kaku dan nggak dinamis. Tapi, mau gimana lagi? Toh waktu itu gue nggak tau apa-apa. Waktu itu masih polos banget.

Dan menginjak mahasiswa, kirain gue bakal ketemu sama suasana baru dan orang-orang hebat. Nggak tahunya justru—terkesan—lebih buruk dari ekspektasi awal. Nasib...nasib...

Semster tiga ini gue dipilih sebagai koordinator divisi acara LDKM. Oh my God! I’ts a bad news! I don’t like this! I hate! Nggak tahu siapa yang merekomendasikan gue untuk menjadi koord. div. acara LDKM. Tau-tau gue ditempatin di divisi acara, koordinator pula.

Bukannya gue nggak bisa ngurus kayak ginian. Gue Cuma nggak interest aja sama acara kayak gini. Gue juga udah nggak niat. Ditambah paradigma “status quo” yang menghinggapi sebagian besar panitia. Format acara tahun sekarang biasanya sama dengan acara tahun kemarin. Walaupun ada perubahan paling Cuma dikit.

Karena memang nggak niat, gue pun bekerja asal-asalan. Jarang rapat, jarang kumpul, jarang ngasih masukan, miskin kontribusi, dan menjadi pembangkan di garis depan. Cuma bisa ngritik dan ngritik, tapi nggak bisa ngasih solusi. Begitulah keadaannya.

Melihat polah sikap gue, beberapa panitia mengusulkan untuk memutasi gue ke divisi akomodasi. Dengan kata lain, gue turun kasta. Tapi tak apalah, justru gue bersyukur. Kenapa nggak sekalian aja keluarin gue dari kepanitiaan?

Gue menjadi tukang angkat barang dan perlengkapan. Apa panitia nggak liat apa body gue kecil kayak gini? Tandu, TOA, galon, nyiapin angkot menjadi tugas gue. Huhuhu...ya nasib.

Tibalah hari pemberangkatan. Hari selasa tanggal 22 semua peserta LDKM—yang notabene maba 07—udah kumpul di depan BEM. Dengan kostum aneh mirip alien—bola setengah yang dipake sebagai topi plus antenanya—semua berbaris rapi. Kemudian berjalan beriringan menuju angkot yang udah diparkir di depan kampus. Waktu menunjukkan pukul 13.00.

Gue dan Rangga—rekan satu divisi akomodasi—naek motor ke Lembang. Panitia kebanyakan pake motor. Peserta udah jelas naek angkot. Kita berjalan beriringan sepanjang jalan. Mirip rombongan mudik lebaran 2008.

Acara LDKM kali ini mengambil tempat di Balatkop—Balai Latihan Koperasi, Lembang. Tempatnya memang cukup jauh dari Jawa Timur (ya iyalah!). perjalanan memakan waktu sekitar 30 menit dari kampus Unisba. Balatkop sendiri tempatnya cukup strategis karena terletak di pinggir jalan. Alhamdulillah kita nggak usah mendaki gunung, lewati lembah. Nggak usah masuk perkampungan penduduk juga. Yah, pokoknya tinggal di sisi jalan dan masuk. Beres. Titik!

Sesampainya di Lembang, Edi dan kawan-kawan sudah sembuh...eh, maksud gue, semua panitia dan peserta langsung baris dan cek jumlah peserta. Hal ini dimaksud agar jumlah peserta di awal berangkat sama dengan jumlah peserta yang sampai di tempat tujuan. Panitia punya ekspekstasi kalau-kalau ada beberapa orang peserta yang mencoba bunuh diri dengan cara terjun bebas dari angkot jurusan Ciroyom-Lembang. Nggak lucu banget kan ntar ditanya, ”Yulastri?” Terus temennya jawab, ”Tadi terjun bebas dari angkot. Mungkin udah almarhum sekarang mah, teh.”
Ya, jangan sampe kejadian deh. Ntar dituntut lagi sama pihak keluarga.

Well, acara LDKM ini ternyata sesuai dengan prediksi awal gue. Bahkan, sebelum gue menginjak kuliah juga gue telah memprediksi—karena gue adalah futuris amatir—kalo acara ini bener-bener monoton. What i felt last year, nggak ada bedanya. Semua susunan acara sama dan formatnya pun nggak jauh beda. Yang beda Cuma tempat doang—dan tentunya gue sebagai panitia jadi tambah ganteng karena mempunyai fans cewek-cewek (akhwat) 2007. itu aja sih bedanya...

Jujur, gue nggak ngeh sama kondisi kayak gini. Bener-bener pengen pulang dan membawa kabur motor gue ke rumah. Biarin dituduh maling motor juga, soalnya ini kan motor gue!

Hari pertama, nggak ada sesuatu yang berarti. Semua serba monoton. Semuanya terlalu kaku. Semuanya membosankan! Puihhh...gue jadi inget DA. Huh, kalo gue bandingin acara mahasiswa dan acara barudak DA, jelas jauh banget. Soal kualitas, arah tujuan, final result, dan lain-lain. Matakna barudak, mun ngayakeun acara di DA tong satengah-satengah. Mun misalna kudu ribut jeng pihak pondok keun welah! Labaskeun weh...

Namun, semua berubah pas hari kedua. Dari yang semual monoton menjadi menegangkan. Dari yang semula biasa aja jadi luar biasa! Coz what? Kita semua kedatangan tamu tak diundang....

Sekitar pukul 20.00, 10 menitan sehabis gue shalat isya, para peserta yang lagi ngumpul di ruang sidang—karena ada simulasi persidangan—dikejutkan oleh beberapa orang peserta yang tiba-tiba pingsan. Korban pingsan pertama sebut saja Indah. Dia tiba-tiba pingsan dengan sebab yang nggak jelas. Mungkin karena capek. Atau mungkin juga karena sebab lain.
”Teh, ada yang pingsan!” Teriak beberapa peserta.
“Mana?”
“Itu!” Sambil menunjuk ke arah orang yang pingsan.
Pas beberapa temen gue yang merangkap panitia ngedeketin, mereka pucat banget. ”Ini kan....?”
”Udah, cepet angkat!” kata Dana.
Baru aja beberapa langkah ngangkat tubuh Indah buat dikasih obat, tiba-tiba Indah ngamuk tak terkendali. Dia bagaikan cacing kepanasan. Menggeliat, memutar, mencakar, dan berteriak sekeras-kerasnya. Set, dia kesurupan!

Sambil meraung-raung nggak jelas, dia terus mencakar-cakar. Gue yang agak shock dengan pemandangan kayak gini merinding ketakutan. Jujur, gue baru liat secara langsung gimana reaksi orang kesurupan! Walopun sering denger berita tentang kesurupan, baru kali ini gue liat yang kesurupan secara live! Hiyyy...amit-amit dah!

Maka, beberapa panitia laki-laki langsung mengamankan Indah. Mereka megangin tangan, kaki, kepala, dan badan Indah. Kita semua khawatir kalo misalnya dia ngelukain dirinya sendiri. Termasuk diantara panitia yang megangin Indah adalah gue! Gue bertugas megangin kakinya Indah supaya dia nggak ngamuk. Ampun deh, gue belum punya pengalaman dalam dunia takluk-menaklukan makhluk halus.

Baru beberapa menit Indah kesurupan, datang lagi korban selanjutnya. Windy, anak 2007, mengalami hal seruap dengan Indah. Dia kesurupan setan! Oh, tidak! Kenapa setan malem-malem gini pada berkeliaran bebas? Terus, kenapa korbannya cewek semua? Apa stok setan cewek di alam sana udah menipis gitu?

Windy ngamuk nggak ketulungan. Dia jerit-jerit sambil ngeluarin kata-kata kasar. Bahkan, ngamuknya Windy lebih parah daripada Indah! Indah dipegangin sama 5 orang juga cukup. Tapi Windy mesti dipegangin sama 10 orang supaya nggak ngamuk! Bener-bener nih setan ngerjain...

Maka atas nasehat beberapa senior, kita ngaji AL-Quran bareng di situ. Dari mulai ayat kursi, Al-Fatihah, Al-Kafirun, dan lainnya. Pokoknya jangan sampe bengong dan pikiran kosong. Bisa-bisa kita yang jadi korban kesurupan berikutnya. Hiyyy....

Sebenernya, gue mempercayai Al-Quran sebagai mukjizat. Untuk mengusir setan dan roh jahat gue kurang sepakat. Tapi apa daya, pada saat itu setannya bener-bener kuat. Malah setannya seolah mempermainkan kita.
”Panaaaasss....anjing!” Ya, kata-kata seperti itu keluar dari mulut Indah saat gue dan temen-temen gue membacakan ayat Al-Quran.
”Panaaass....aing kaluar, aing kaluar!!!” Set, akhirnya Indah diem. Dia kembali tenang dan tidak menjerit-jerit lagi. Ah, nampaknya setan terkutuk itu telah keluar. Maka gue dan panitia yang lain melonggarkan pegangan dan menunggu Indah siuman.

Tapi, beberapa saat setelah melepaskan pegangan, hal yang nggak diduga malah terjadi! Indah bangun kembali dan mengamuk! Gue yang nggak siap dengan semua ini sontak ikut-ikutan menjerit! Gue keget pas liat dia bangun kembali. Dan yang bikin gue menjerit keras adalah karena liat matanya! Ya, matanya bukan ekspresi mata manusia pada umumnya. Lebih ke mata makhluk lain yang gue sendiri nggak tahu makhluk apa itu. Yang pasti sih menyeramkan!

Sementara itu, di ruang terpisah yang disekat oleh kaca, gue melihat kerja keras sepuluh orang panitia cowok yang berusaha dengan segala daya dan upaya untuk menenangkan Windy. Nampaknya sepuluh orang aja nggak cukup deh. Buktinya mereka kewalahan buat ngimbangin tenaga yang dikeluarin Windy. Mungkin setannya adalah raja setan. Mungkin juga setannya cinta mati sama Windy sehingga nggak mau ngelepasin Windy gitu aja. Owh, dasar setan jahanam! Mau lo apa sih?

”Jelma ieu milik aing...!!! Jelma ieu milik aing...!!!” Windy bicara kaya gitu. Hmmm...sebenernya sih yang bicara bukan Windy, tapi si setan terkutuk. Dia nggak mau keluar dari tubuh Windy. Dia pengen tetep bersarang di tubuh Windy!

Mengerikan! Sekarang Indah kadang ngamuk kadang diem. Dan asal lo tau aja, suara Indah berubah-rubah. Kadang suara laki-laki, suara anak kecil, dan terkahir suara nenek-nenek. Zigh! Bulu kuduk gue semakin berdiri. Apalagi malem ini hujan gede banget ditambah halilintar yang menderu begitu keras. Udah mah dingin, mencekam pula! Mirip kayak adegan di film horor. It’s real....

Setelah berjuang sekian lama guna menaklukan setan di tubuh Indah, akhirnya sekitar pukul 22.30 atau setengah sebelas malem, Indah berhasil diselamatkan. Itu artinya sekitar dua jam setengah, gue sama panitia yang lain megangin Indah! Lumayan, badan gue langsung encok karena nggak bisa mengimbangi tenaga yang dikeluarkan Indah. Indah sadar dan siuman walopun badannya lemes banget. Dia dibimbing supaya ngebaca istighfar suapay setannya nggak balik lagi. Fiuhhh,,,akhirnya satu korban selamat!

Beda dengan Windy, setan di tubuh Windy nggak mengenal istilah low-batt. Semakin malem malah semakin on fire! Gila nih setan, walopun beberapa ayat andalan semisal ayat kursi udah dibacain, tetep aja setan yang satu in nggak mau pergi. Maka, dengan terpaksa gue pun ikut membantu panitia yang lain megangin Windy. Ya, setelah masuk lobang buaya, gue masuk black hole! Lo nggak liat apa gue encok pegel linu gara-gara megangin Indah? Please deh!

Emang bener. Setan di tubuh Windy bener-bener kuat. Udah belasan panitia yang megangin tapi tetep aja tenaganya gede. Siap-siap aja gue kena osteoporosis gara-gara megangin Windy!

Di tengah-tengah kekacauan ini, tiba-tiba gue pengen pipis. Duh, mana ujan, dingin, pengen pipis pula! Pipis sendirian gue nggak berani karena malem ini begitu mencekam. Maka gue ngajak ke panitia lain.
“Eh, gue beser nih! Ada yang mau ke WC nggak?” Tanya gue sambil tetep megangin kaki Windy.
“Ayo, Zak. Gue juga beser nih!” Kata Wildan.
”Hayu atuh, urang oge hayang ki’ih!” Timpal Razi.
Maka berangkatlah 3 orang ksatria ketakutan ini ke WC. Pas tiba di pintu WC, kita semua bingung.
“Sok maneh tiheula...”
“Ah, maneh weh. Sieun euy...”
Nya nggeus urang weh.” Kata Wildan.
Wildan masuk WC duluan, sementara gue dan Razi nunggu di luar.

KREKK...!!
Pintu WC terbuka. Owh, tidak! Wildan udah beres...! (iya, nggak ada apa-apa kok).
”Sok, maneh heula Zak.” Kata Razi.
”Ah, ente heula weh.”
”Nya nggeus, barengan weh.”

Kita berdua masuk WC barengan. Ini bener-bener situasi darurat dimana gue dan Razi mesti berbagi tempat untuk buang air kecil. Beneran, ini karena diliputi rasa takut yang amat sangat dalam. Adanya peristiwa kayak gini jangan salahin gue dan Razi, salahin setannya!

Kita kembali memegangi Windy. Setannya kali ini bener-bener kalap. Ngamuknya keterlaluan banget. Cuihhh,,,masak gue mesti ngeracun si Windy buat ngeluarin setannya? Nggak kan.

Ada beberapa kejadian yang bikin gue sama panitia yang lain ketawa-ketiwi nggak jelas. Sumpeh, ini kejadian bikin perut gue ngakak setengah mampus. Dan baru kali ini gue denger.
”Istighfar, Win. Istighfar...” Kata Ade.
”Sia anjing...!!!” Teriak Windy—iya, bukan Windy yang bilang, tapi setannya.
Merasa terhina dan dilecehkan, Ade nggak terima. Kemudian dia berkata, “Istighfar anjing!”
”Anjing!” Kata Windy.
”Eh, anjing! Sia teu sieun ka Al-Quran, hah?”
”Sia anjing...!
”Anjing teh!”

Tuding-menuding antara setan dan manusia. Gue baru denger dan itu jelas banget di hadapan gue. Bisa juga kita menyebutnya saling hina antara manusia dan setan! Setan menghina manusia dan manusia membalas!

Waktu lagi kenceng-kencengnya megangin Windy, tiba-tiba Windy bilang kayak gini, ”Pergi kamu setan!”
Windy ngomong kayak gitu pas banget di muka Razi dan muka Tesar soalnya mereka kebagian megangin pundak Windy. Terus terang, Razi dan Tesar tersungging dan tersinggung. Mereka nggak terima dikatain setan! Mereka pun bales nyerang!
”Kamu yang setan!!!” Kata Razi dan Tesar kompak sekaligus emosi.

Setan teriak setan! Emang, setan sekarang daya intelegensianya mengalami perkembangan yang cukup pesat. Buktinya, dia bisa memfitnah manusia. Setan yang berbakat jadi koruptor!

Usaha mengendalikan Windy berujung sia-sia. Sampai hampir jam 12 malem, Windy nggak kunjung sadar. Malah semakin menggila tak tetolong lagi. Karena panitia kehabisan akal, maka diundanglah seorang ahli dalam bidang rukyat.

Pakar rukyat tersebut memang ahli. Dengan gerakan slow-motion, dia ngajak Windy bicara empat mata. Gue nggak tahu apa yang dibicarain. Mungkin mereka lagi negosiasi. Mulutnya komat-kamit seakan di hadapannya ada orang yang diajak ngobrol. Dan akhirnya, beberapa saat kemudian Windy bisa ditenangkan. Windy udah normal kembali dan dibawa ke kamar panitia.
Fiuhhh....

Gila, badan gue pegel-linu, encok, lemes, dan semua penyakit orang tua menjalar sekujur tubuh. Bayangin dong, Windy kesurupan dari jam delapan malem dan beres jam 12-an gitu. Berarti sekitar empat jam gue dan panitia megangin! Hiiiiyyy….bener-bener kerja rodi! Gue mah mending maen futsal 4 jam deh daripada megangin orang kesurupan.

Panitia bener-bener shock! Belum pernah acara LDKM kejadian kayak gini. Out of expectation! Kita semua merinding ketakutan. Panitia cewek apalagi, mereka bener-bener takut setengah mampus. Bahkan beberapa dari mereka juga ada yang sempet pingsan. Aneh, peserta yang kesurupan kok panitia ikut pingsan? Tapi untungnya nggak ada yang kesurupan.

Sekitar pukul 01.30, kejadian tak terduga datang lagi. Kita dibuat kaget lagi dan adrenalin gue dipacu untuk yang kesekian kalinya. What’s goin’ on? Kesurupan lagi!!!

Windy ngamuk lagi dan setannya kembali merasuki tubuh Windy. Anjrit. Mau lo apa sih setan? Lo nggak puas udah bikin kita-kita olah raga secara sukarela buat megangin lo doang, hah? Lo kagak kasian apa sama anak orang?

Ya untuk kesekian kalinya kita-kita megangin Windy lagi. Sungguh, malam yang sangat panjang mengingat peristiwa ini berlangsung secara tak terduga dan berlangsung sepanjang malam. Gusti nu Agung...hapunten bilih mah simkuring seuer kalepatan! Mugiya dihapunten sagala kalepatan. Amien...

Gue nyerah. Gue ngantuk. Gue pengen istirahat! Dengan terpaksa hanya beberapa orang aja yang nungguin dan megangin Windy. Selebihnya pada tidur karena nggak kuat ngantuk. Termasuk gue. Tidur dengan pulas sampe jam 7 pagi. Huhuhu....maaf kelewatan shalat subuh, soalnya gue capek banget!

Well, akhirnya Windy dibawa pulang pihak keluarga pada pagi hari pas gue masih pules-pulesnya tidur. Dia diamankan ke rumah. Sementara Indah alhamdulillah nggak berulah dan nggak kambuh lagi kesurupannya. Anak yang baik....

Bagi kalian yang mau ngadain acara di tempat yang belum terjamah, ada baiknya tahu tentang medan dan kondisi fisik serta psikis peserta. Ini penting guna kelancaran acara. Dan tentunya untuk meminimalisir hal-hal semacam ini. Ugh, setan zaman sekarang...aya-aya wae!

3 comments:

Fajar Fauzi Hakim said...

hmmm ini beda ya sama fenomena kesurupan massal ya? fenomena kesurupan massal mah lebih ke psikologi...

Ahmad Ragen said...

wahh.. CEPER, BeNer2 urang jadi hese ngabedakeun mana jelma mana jurig???!! HAHAHAHA......!!!

Sumpeh maca ieu bulu kuduk urg jadi narangtung,,, ku sabab urang maca ieu saacan sare,, nah pas sare urang mimpi jurig... wahh,,, sumpeh peR!!

Beberpa kali urang ngiluan acra pelatihan2 di kampung2 kitu.. tapi can pernah aya nu kasurupan...

Zakky Rafany said...

hahaha...
Tapi menghibur kan carita urg?
Hmmm..meuren iru oge tergantung kondisi fisik peserta, Ceu.

Nya lucu weh urg mah. Da urg oge kakaraeun ningal jelas di depan mata kepala sendiri.