Friday, July 24, 2009

TERIMA KASIH POWER RANGERS, BERUBAHLAH BAJA HITAM



Sore itu cerah, waktu yang tepat untuk keluar rumah dan bermain dengan yang lain. Riuh-gaduh anak-anak di depan rumah menggoda kami untuk bergabung. Celotehan mereka tak kuasa untuk dibendung. Apalagi mereka berencana untuk bermain permainan tradisional bernama gobag. Ah, semakin tak bisa kami tahan.

Sementara itu, bibi saya mengharuskan kami nonton siaran berita TVRI. Karena menurutnya di situ berisi pendidikan dan pengetahuan tentang banyak hal. Kalian mungkin akan sangat familiar dengan perjuangan heroik Yasser Arafat dengan PLO-nya, konflik Bosnia Herzegovina, Konflik Palestina, dan lain-lain. Atau mungkin kalian akan sangat mengingat penggalan bait lagu ini:

Garuda Pancasila
Akulah pendukungmu
Patriot Proklamasi
… (dst)


Bagi kami waktu itu, kami sangat kenyang menyanyikan lagu perjuangan tersebut. Pada zaman itu, anak seumuran saya sudah khatam di luar kepala. Pola indoktrinasi zaman orde baru dalam menanamkan rasa nasionalisme melalui lagu saya akui sangat hebat.

Kami bukannya tak mau menonton berita. Saya, adik, dan sepupu kadang bosan dengan berita dalam negeri yang tidak dinamis. Dimulai kunjungan presiden ke desa anu, lalu dalam tayangannya presiden Soeharto ikut dalam seremoni memotong padi. Berita dalam negeri relative berita yang stabil.

Saat ini kami punya kebutuhan mendesak. Kebutuhan kami adalah hiburan. Kami tidak mengerti mengapa konflik Palestina-Israel terjadi, kami mana tahu konflik Bosnia dan Afganistan, kami hanya tahu sekjen PBB waktu itu adalah Kofi Anan. Biarlah semua permasalahan yang terjadi di sana diselesaikan oleh orang dewasa yang konotasinya mendekati kata ‘tua’. Kami hanya butuh bermain dan hiburan! Kami sebagai anak kecil waktu itu punya hak menikmatinya!

“Ki, abis maen gobag pasti tuh anak-anak di depan nonton Baja Hitam” Kata Agung, sepupu saya.
“Bener, Gung. Ikut nonton, yuk!” kata saya bersemangat.
“Tapi mesti minta izin dulu. Tapi pasti nggak diizinin”

Kami hanya diam sembari memutar otak. Bagaimana caranya kami bias nonton Ksatria Baja Hitam agar bisa memuaskan rasa penasaran. Tentu saja kita penasaran siapa musuh selanjutnya, bagaimana jalan ceritanya, apa kabar Gorgom dan Maribaron?

Waktu kecil kami agak tidak leluasa nonton film seperti itu. Bibi saya berendapat bahwa film seperti itu hanya akan mengacaukan imajinasi anak-anak. Atau ada juga alasan lain bahwa film-film semacam itu membuat kita malas belajar. Maka dari itu bibi sangat sering tidak mengizinkan kami menonton film ksatria Baja Hitam dan sejenisnya. Apalagi waktu itu televis di rumah tidak men-support channel RCTI. Jelas saja penderitaan kami bertambah.

Apalagi kalau hari minggu, anak-anak pasti dimanjakan oleh isi programnya. Doraemon dan Power Rangers, dua serial yang selalu kami tunggu. Di depan rumah kami ada rumah tetangga yang televisinya bagus dan gambarnya jernih. Maka dari itu, banyak anak-anak yang sering ikut nonton di situ. Setiap sore rumah tetangga saya pasti penuh sesak oleh anak-anak. Hari minggu apalagi, sampai meluber keluar. Oh, terima kasih wahai tetangga yang baik hati!

Namun sekali lagi, kami selalu terbentur dengan aturan di rumah nenek waktu itu. Bahwa kami sangat tidak leluasa menonton film semacam itu. Kami sempat beberapa kali kabur dan menonton di tetangga depan rumah. Namun selepas itu kami pasti dimarahi dan dinasehati. Dalam hati saya tak suka, namun apa daya. Kalau tidak boleh ya terpaksa kami harus menonton berita lagi dan lagi. Berita yang itu lagi-itu lagi. Monoton. Statis.

Berbahagialah kalian yang masa kecilnya mempunyai banyak kesempatan nonton film kartun dan serial jagoan!

* * *

Jargon jagoan dulu selalu kami ingat: membela keadilan, membasmi kejahatan. Ah, indah sekali kata-kata itu. Ketika kami sebagai anak kecil sering disodorkan pada hal hitam-putih, baik-jahat. Dan anak-anak dulu selalu terobsesi untuk menjadi sang pahlawan. Ciri-ciri pahlawan biasanya diinterpretasikan dengan badan gagah, wajah ganteng atau cantik, dandanan rapi, disiplin. Maka jangan heran kalau teman-teman saya ditanya apa cita-citanya, maka biasanya ada dua hal: polisi atau ABRI.

Sekarang film kartun atau serial jagoan konfliknya sangatlah kompleks. Kebenaran tidak selalu harus menang. Kebenaran hanyalah sebuah hal yang relatif, dan ujung-ujungnya tergantng selera pasar. Benar atau tidak ya terserah penonton. Contoh film kartun Death Note. Tokoh utama dalam kartun Jepang ini terlihat sangat baik dan pintar. Namun ternyata dia orang paling kejam yang bisa membunuh orang dengan menuliskan namanya saja di buku catatan kematian.

Saya tidak bilang itu tidak bagus, namun agak ‘berbeda’ dengan film anak-anak zaman saya dulu. Dulu kita hanya disuguhi jalan ‘lurus, benar, dan monoton’ dalam film anak. Hari ini, bahkan anak kecilpun bebas memilih film dengan jalan ‘benar, jahat, dan unik’. Jika bosan Naruto, masih ada Bleach. Kalau bosan Power Rangers tinggal pindah channel. Banyak versi film anak dengan konflik yang sangat kompleks.

Nostalgia. Saya hanya ingin nostalgia saja. Saya senang pernah hidup di zaman itu, zaman yang mengharuskan saya berjuang keras hanya untuk sekedar nonton film anak. Zaman yang penuh dengan keceriaan dunia anak-anak. Zaman dimana anak-anak masih sangat ‘dimanja’ oleh televis dengan film dan lagu anak. Dimana anak-anak tidak menjadi dewasa sebelum waktunya.

Selamat hari anak bagi yang merasa pernah menjadi anak-anak. Saya yakin masa kecil kalian indah dan menyenangkan.


Gambar: www.deviantart.com

No comments: